Gbis Nusukan Solo

Selasa, 22 Mei 2012

Hati Sebagai Hamba




Bacaan : Kejadian pasal 37,39 dan 40; Filipi 2:1-10 

Kisah petualangan Nabi Musa, seorang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi hamba-Nya, memberikan pelajaran menarik dalam kehidupan. Kisah dimana membutuhkan proses yang panjang sebagai hamba Tuhan dengan masalah menentang hidupnya men-jadi batu uji sampai layak sebagai hamba Allah dan yang berhasil membawa bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan menjadi bangsa yang merdeka. Sejarah mencatat hal perbudakan selain kita temukan pada bangsa Israel di perbudakan Raja Firaun di Mesir, hal tersebut juga terjadi saat pemerintah kerajaan Romawi yang dirasakan bangsa Israel dengan istilah “budak belian”, dimana nilai budak disamakan dengan nilai binatang (sapi, kambing, dll) bagaikan barang yang dapat dibeli dipasar. Arti budak juga berarti hamba, (Jw. Abdi, Batur).


HATI SEBAGAI HAMBA, Syair lagu pujian yang indah, terlebih lagi bila ditentukan dengan penuh pengertian akan memiliki nilai spirit yang besar. Lebih dari itu hati sebagai hamba banyak menjadi pilihan banyak orang, disadari merupakan bentuk atau nilai rohani yang berkualitas di hadapan Allah dan merasakan berkat-berkat luar biasa. Tiba giliran pada proses untuk dibentuk memiliki hati seorang hamba ternyata banyak orang percaya yang tidak mampu diproses bahkan tidak mau, maka  semuanya tinggal kata-kata ataupun syair sebuah lagu yang mati dan
berakhir tidak merasakan atau menikmati berkat rohani (kebahagian, sukacita, kedamaian dan ketenangan hati, dsb).



Kata HAMBA memiliki pengertian:

1. Yun. Doulos = orang yang bergantung    

     pada.

2. Yun. Douloo = mengikat. Hamba Tuhan menjadikan Tuhan sebagai Tuannya/ majikannya. Hamba melayani tuannya. Doulus = hamba, memberi pengertian pada = nasib kehidupan seseorang dan segala keberadaannya yang ditentukan atau bergan-tung pada orang lain karena ketidakmam-puannya.

Apa yang dilakukan seorang hamba yang berkenan :



1. Bergantung berarti juga penyerahan hidup mutlak pada Tuan/majikan dengan tujuan supaya tetap boleh melayani Tuannya sehingga dari sana dapat “hidup” karena tidak mampu menentukan arah maupun mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. (ketergantungan. Mat 13:27-28) Yusuf menyerahkan hidupnya pada majikannya, apa yang dikehendaki Tuannya sampai dimasukkan kebui  (penjara) tetap dijalani. Kej. 39:1-23;40:1-23.2



2. Bergantung berarti merendahkan diri pada Tuannya. Merendahkan diri salah satu etika (Jw. Sopan santun, nilai-nilai budi pekerti yang dalam). Merendahkan diri berarti menempatkan diri dengan bijaksana karena menjadi salah satu kunci mendekati Tuannya dan berkenan  Amsal 21:1.



3. Bergantung berarti tidak menuruti kemauannya atau kehendak sendiri tetapi melakukan kemauan Tuannya/majikannya. Hati sebagai hamba yang baik akan menyenangkan Tuannya. Siapakah yang menjadi tuan dalam kehidupan hamba Tuhan akan menyenangkan hati Tuhan. Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat,.., Amsal 28:20a. (Warta Jemaat 26 November 2006)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar