Bacaan : Mazmur 141 : 1-10 & 1 Petrus 3 : 8-12
Awasilah
mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku! (Mazmur 141:3)
Dalam Mazmur diatas, Daud
menya-dari bahwa jatuh bangunnya seseorang sangat ditentukan oleh perkataannya.
Kalau Daud saja menyadari pentingnya perkataan, maka saya percaya setiap kita
juga harus menyadari pentingnya perkataan itu.
Mengapa mulut kita harus
diawasi ?
1.
Agar
kita tidak menyakiti orang lain.
Mulut kita bisa jadi
pedang atau tombak yang bukan hanya menghancurkan tetapi bisa membunuh orang
lain. Ada banyak
istri-istri hatinya luka oleh karena mulut suaminya atau sebaliknya. Saudara
boleh saja jadi direktur atau majikan tetapi bukan berarti Saudara bisa
seenaknya saja menyakiti orang lain sekalipun orang itu adalah sopir atau
pembantu rumah tangga saudara.
2.
Agar
kita tidak mematahkan semangat kita.
“Ah! Sudah tidak bisa sembuh”.
“Ah!...
Tidak mungkin”, “Ah! Sudah tidak ada masa depan“, dsb.
Mengapa saudara mematahkan semangat saudara sendiri dengan perkataan-perkataan
demikian, padahal kita kan
masih punya Tuhan? Sebab Alkitab berkata bahwa apa yang tidak pernah kita
pikirkan, itu yang disediakan Tuhan bagi kita (Bil 13:25-13).
3.
Agar
kita tidak mengucapkan hal-hal yang sia-sia.
Segala sesuatu
diperbolehkan tetapi tidak semuanya membangun atau berguna. Alkitab berkata
bahwa hal-hal yang sia-sia harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Mari
kita ucapkan berkat dari mulut, bibir, lidah kita
4.
Agar
kita tetap menjadi berkat.
Artinya
lewat kita, mulut kita membawa damai. Mulut kita menyelesai-kan pertengkaran.
Kita bukan memanas-manasi orang lain, tetapi kita membawa
damai dan memberi ketentraman.
Biarlah doa Daud di atas
menjadi doa kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar